Fahri: Lebih Baik Jokowi Mengutip Kitab Suci daripada Game Of Thrones

Ahad, 14 Oktober 2018 - 20:34 WIB
Fahri Hamzah

RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA – Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah menyindir kutipan Game Of Thrones yang disampaikan Presiden RI Joko Widodo saat Plenary Meeting International Monetary Fund (IMF)-World Bank di Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10).

Fahri mengatakan Jokowi harus lebih sering mengutip Bung Karno dan pendiri bangsa lainnya daripada fiksi-fiksi terbitan Hollywood tersebut, karena akan lebih dimengerti oleh masyarakat Indonesia.

"Kutipan tentang Thanos, Avengers, dan Game Of Thrones itu bikin sakit perut kalau buat saya. Lebih baik dia ngutip sejarah bangsa Indonesia atau lebih bagus Pak Jokowi mengutip kitab suci. Lebih enak juga dengarnya," kata Fahri saat menghadiri Deklarasi Ormas Garbi di Palembang, Minggu (14/10).

Fahri membandingkan Jokowi dengan pemimpin negara lain yang lebih sering mengutip para pemimpin, sastrawan, dan para pemikir pendahulu.

"Kok tiba-tiba presiden kita itu mengutip fiksi. Avengers, Winters warrior, Game of Thrones itu semua fiksi yang tidak ada dalam kenyataan. Ini fiksi yang orang Indonesia juga enggak nonton fiksi itu. Saya saja enggak nonton karena tidak ada di TV Indonesia," kata dia.

Jokowi mengibaratkan kondisi ekonomi global layaknya film serial Game of Thrones. Sejumlah kepala negara sibuk mendorong ekonomi negara masing-masing, namun tak diiringi dengan koordinasi antara negara.

Walhasil, harga minyak mentah dunia saat ini terus menjulang dan mata uang berbagai negara keok terhadap dolar Amerika Serikat (AS). AS menikmati pertumbuhan ekonomi yang pesat, sedangkan pertumbuhan ekonomi negara lainnya tak stabil.

Berkaca pada serial Game of Thrones, Jokowi menyebut pejabat antara negara di dunia perlu berkoordinasi untuk mencegah ancaman global. Jokowi pun mempertanyakan kepada delegasi di agenda tahunan Dana Moneter Internasional-Bank Dunia (IMF-World Bank), apakah saat ini setiap negara harus saling berkompetisi.

Fahri menganggap pemimpin Indonesia banyak berkhayal bukan dalam pengertian positif. Tapi lebih pada tidak punya mengetahuan yang mendalam tentang bagaimana membawa Indonesia ke depan. Sehingga khayalan tersebut dibantah oleh kenyataan yang tidak bisa diwujudkan.

"Kalau tidak bisa dibuktikan itu akan menjadi janji kosong dan semacam penipuan terhadap masyarakat," ujar Fahri.

Pemimpin itu, kata Fahri, kalau mengatakan sesuatu harus dilandasi oleh pengetahuan yang kuat sehingga bisa diwujudkan menjadi kenyataan.

"Kita ingin Indonesia jadi yang dimimpikan pendiri bangsa, kembali ke mimpi Bung Karno tentang cita-cita di pembukaan undang-undang dasar," katanya.

Editor: Nandra F Piliang

Terkini

Terpopuler